Perjalanan panjang dalam dunia
kampus, banyak orang yang mengikrarkan dirinya sebagai mahasiswa, tentu tidak
akan lepas dengan berbagai persoalan, baik internal maupun eksternal. Faktor
internal bisa dikategorikan dengan kurang keberanian pada diri sendiri,
keluarga yang kurang mendukung, dan lingkungan yang kurang bersahabat.
Sedangkan eksternal bisa terjadi pada semua
persoalan yang ada dalam dunia akademik, seperti kurang respect
terhadap orang baru, sulit mencerna dunia luar, dan lain sebagainya.
Persoalan yang sedemikian banyak,
sudah tidak bisa dihitung dengan jari, ternyata cukup mampu ditepis dengan
keaktifan di organisasi. Kehadiran organisasi sebagai salah satu pilihan bagi
mahasiswa untuk mengembangkan dirinya, sudah tidak perlu diragukan. Mulai dari
tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, mucul banyak organisasi dengan
latar belakang kemunculan dan tujuannya, diperkenalkan kepada kita sebagai
elemen dari instansi pendidikan tersebut. Di era sekarang, yang penuh dengan
pilihan untuk bergaul dan berkumpul, eksistensi sebuah organisasi menjadi
pendorong dalam mengarahkan pergaulan dan perkumpulan dalam sebuah wadah
positif dan produktif.
Sebagai contoh, contoh tidak
sekadar contoh, namun penuh dengan kepastian. Enam puluh dua tahun lalu, tepatnya
17 April 1960, lahirlah organisasi gerakan yang bernama Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia atau yang lebih akrab dengan PMII yang diinisiasi oleh
mahasiswa-mahasiswa nahdliyin. Di tengah situasi yang carut-marut saat
itu, lahirnya PMII bagaikan oase, yang membawa semangat baru dalam pergerakan
kaum muda, khususnya mahasiswa.
Eksistensi PMII sebagai organisasi
pergerakan tidak bisa dilihat sebelah mata. Hal ini dikarenakan keterlibatan
para kadernya dalam simpul-simpul pergerakan, memberikan sumbangsih pemikiran
dan perbuatan dalam rangka pembangunan nasional yang berkeadilan, merupakan
bukti dan konsistensinya.
Lebih luas lagi, konsistensi PMII
dalam memberikan sumbangsih kepada negeri ini ditunjukkan dengan keaktifan
kadernya dalam berbagai sektor, mulai dari politik, ekonomi, sosial, budaya,
pendidikan dan agama. PMII terus berusaha melahirkan kader-kader unggul yang
berwawasan ahlussunnah wal jama’ah yang dipersiapkan untuk mengawal
seluruh lini kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
“Kenapa perlu dikawal dan diawasi,
Bang?” tanya salah satu kader. Tentu jawabannya adalah, “Supaya tidak
ugal-ugalan”.
Saya sepakat dengan pemikiran
sahabat Muhammad Hanif Dhakiri, Mantan Menteri Ketenagakerjaan Republik
Indonesia, yang menyatakan bahwa menjadi PMII, berarti menjadi NU, Islam dan
Indonesia. Jika diperjelas, dapat dikatakan bahwa dengan memilih menjadi kader
PMII, kita memiliki tanggung jawab untuk membesarkan, membangun, merawat dan
ikut serta terlibat dalam segala persoalan ketiganya, yaitu Indonesia, Islam,
dan Nahdlatul Ulama.
PMII sebagai salah satu unsur
penting dalam sejarah pergerakan mahasiswa, lahir atas dorongan kuat rasa
keprihatinan terhadap banyaknya persoalan negeri ini. Dengan komitmennya
terhadap keislaman dan keindonesiaan, PMII lahir untuk menguatkan barisannya
untuk membersamai masyarakat. Adanya PMII tidak sekadar menuntut, namun juga
ikut serta terlibat dalam proses mewujudkan dan mengembangkan banyak hal dalam
rangka menyelesaikan persoalan yang menjadi PR dari negeri ini.
Enam puluh dua tahun dari kelahiran
PMII merupakan momen penting bahwa PMII sudah saatnya untuk menjadi inisiator
pergerakan dalam rangka penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi bangsa saat
ini. Ada sekian banyak persoalan yang perlu untuk segera diatas, seperti
pemerataan pembangunan, pendidikan dan kesehatan yang layak, sistem hukum yang
berkeadilan dan lain sebagainya. PMII tidak perlu menunggu giliran dalam
pembagian tugas dan perannya, namun harus menjadi patron gerakan yang selalu
aktif menjaga komunikasinya dengan siapapun, terutama yang berorientasi pada
kemasalahatan masyarakat akar rumput.
Langkah efektif berkomunikasi
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Komunikasi adalah bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain, baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga, tempat pekerjaan, dalam masyarakat, atau dimana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi.
Komunikasi yang efektif menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam hubungan berorganisasi. Komunikasi menjadi salah satu cara, ketika berusaha untuk memberikan respons kepada lawan bicara. Tidak hanya sekadar memberikan respons, melainkan komunikasi juga dibutuhkan dalam berinteraksi. Sejak kecil kita sudah diajarkan untuk berkomunikasi, namun berkomunikasi tidak hanya sekadar kedua pihak saling berbicara, namun juga mampu mendengarkan. Adapun cara yang bisa ditempuh, melalui:
1.
Mendengarkan lawan bicara
Dalam berkomunikasi, kita
memang diperkenankan untuk mengutarakan pendapat. Akan tetapi, mendengarkan
orang lain berbicara juga penting. Bahkan, kita akan dipandang sebagai sosok
egois, karena hanya fokus terhadap diri sendiri. Izinkan pihak lain untuk
berbicara dan menjadi pendengar yang baik, sikap tersebut sangat dibutuhkan saat
sedang berada di lingkungan kerja yang sifatnya formal.
2. Ada
timbal balik
Komunikasi yang efektif bisa
dilihat dari adanya timbal balik yang baik, bisa berupa tanggapan atau dengan
mengajukan pertanyaan. Dengan itu kita juga bisa dianggap sebagai pendengar
yang baik, karena mendengarkan apa yang lawan bicara coba sampaikan.
3.
Memberikan informasi dengan Jelas
Dalam berkomunikasi juga
perlu menyampaikan informasi secara jelas, sehingga tidak menimbulkan salah
paham dari pihak lain. Penjelasan informasi dengan jelas dan akurat, tentunya
akan membuat lawan bicara memahami apa maksud dari yang ingin disampaikan.
4. Mengombinasikan
komunikasi verbal dan nonverbal
Kombinasi verbal dan
nonverbal sangat efektif dalam sebuah organisasi. Gerakan nonverbal seperti mengangguk
atau tersenyum, bisa menciptakan suasana komunikatif. Ditambah lagi gerakan
verbal, yaitu melalui penyampaian informasi atau tanggapan secara jelas.
5. Memperhatikan
gaya bahasa
Memperhatikan gaya
bahasa terbilang cukup penting, sebab kita butuh menyesuaikan dengan siapa
lawan bicara saat itu. Ada saatnya menggunakan gaya bahasa sifatnya formal,
jika berbicara dengan atasan atau rekan kerja yang usianya lebih tua. Akan
tetapi, tidak masalah jika berbicara informal, bisa kepada teman, keluarga, rekan
kerja, pasangan, jika usianya setara.
Membangun relasi yang komunikatif
Sebagai kader PMII sudah semestinya
melakukan gerakan yang mampu untuk selalu improve dalam banyak keadaan.
Kader PMII tidak boleh – untuk tidak mengatakan haram – kaku dalam berhubungan
dengan siapapun, terutama dunia luar. Perlu keluwesan bertindak dan
berkomunikasi akan berdampak besar terhadap pola relasi dalam membangun
jaringan yang komunikatif.
Ada banyak instrumen atau cara yang
bisa dilakukan oleh sahabat-sahabat untuk membangun relasi dengan dunia luar. Selain
pentingnya memperhatikan dengan siapa kita akan membangun relasi, juga penting
untuk selalu memposisikan diri sebagai orang yang selalu berada dalam posisi
nol (kurang berpengetahuan). Indikator paling penting
dalam membangun relasi adalah memberanikan diri untuk berkenalan dengan orang
baru. Tentu bukan sesuatu yang mudah, terutama bagi kita yang kehariannya lebih
suka menyendiri atau introvert. Memasuki lingkungan baru, jangan sungkan
untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu. “Tidak perlu basa basi juga ygy”.
Selain itu, sebagai
Kader PMII yang terus melakukan gerakan dan perubahan ke arah yang lebih, sudah
semestinya untuk memperluas cakrawala berpikirnya. Hal ini akan berdampak
terhadap bagaimana kualitas pembicaraan kita untuk semakin bermutu. Kualitas
bicara seseorang bisa dikembangkan dengan teori "Know,
Like And Trust". Meskipun teori tersebut lebih banyak digunakan dalam dunia
marketing, namun cukup berdampak signifikan terhadap keefektifan membangun relasi.
Pada dasarnya konsep tersebut
adalah proses yang dapat membuat orang mengenal dirinya secara baik. Mulai dari
orang lain mengenal kita (know), menyukai kita (like),
dan mempercayai kita (trust). Dengan konsep ini, kita
sebagai Kader PMII harus bisa menciptakan kesan yang baik, terutama dengan
orang yang baru dikenal. Mauricio Cardenal,
seorang pengusaha di Amerika Serikat, menyampaikan bahwa kita harus mampu menciptakan
faktor "know, like, and trust"
dalam lima menit pertama ketika bertemu seseorang.
Selain itu, faktor
penting lainnya adalah mencoba untuk menghindari multitasking pada
saat berbicara. Penting sekali
untuk diperhatikan untuk tidak melakukan hal lain ketika sedang melakukan
pendekatan dengan orang lain seperti, bermain
handphone. Melakukan hal tersebut dapat menciptakan kesan yang buruk
kepada dirimu, bahkan terhadap organisasi.
Hemat penulis,
mengutip dari Heraclitus, Filsuf Yunani, mengatakan bahwa tidak ada yang tetap
kecuali perubahan. Abad ke-21 ini memang membawa perubahan besar dalam
komunikasi dan informasi keseharian, terutama yang berasal media sosial.
Diperlukan sebuah kecermatan dan keseriusan untuk mengonsumsi informasi yang
akurat dan terpercaya. Tidak serta merta menelan mentah-mentah setiap informasi
yang kita dapat, karena apa yang kita peroleh dari media adalah berupa
data-data, data itu akan menjadi infomasi yang akan memengaruhi pola pikir dan
cara pandang kita terhadap problem sosial.
Oleh
karena itu, peran Kader PMII untuk dapat menciptakan suatu tatanan masyarakat
yang memiliki intelektualitas tinggi, peduli terhadap persoalan bangsanya, perlu
untuk ditingkatkan. Pemahaman holistik terhadap perbedaan perlu diperdalam
dengan keseriusannya dalam berorganisasi yang bermental jiwa-jiwa pejuang. Peran
pendampingan yang baik dan sistematis sangat diperlukan, kader-kader yang
berdialektika dengan organisasi lain untuk berinovasi dan berkreasi juga harus
di kontrol dengan prinsip-prinsip yang diyakini PMII. Jika semua itu dapat kita
jalankan bersama, yakin bahwa PMII dan sistem kaderisasinya akan terus diminati
pemuda dan tetap mampu menyesuaikan dengan keadaan zaman sesuai kebesaran nama
PMII.
Wallahu
a’lam. Salam Pergerakan.
* Oleh: Abdur Rahmad (Sekretaris Umum PK PMII UNUJA)
* Disampaikan dalam acara Sekolah Organisasi dan Kepemimpinan –
RTL PKD Angkatan 2021 – 18 Agustus 2022